Mengatasi Cemas Pada Anak

Pada tulisan sebelumnya, sudah dibahas tentang kecemasan secara umum. Bukan hanya orang dewasa yang mengalami kecemasan, tetapi anak juga mengalaminya. Mari kita telaah lebih lanjut mengenai kecemasan pada anak.

Lebaran tahun lalu, saya membujuk putera bungsu, 7 tahun, untuk berangkat naik pesawat sendiri ke Jakarta agar ia bisa berlibur lebih lama di sana. Butuh waktu beberapa minggu untuk mempersiapkan mentalnya sebelum hari keberangkatan. Ini kali pertama ia berangkat sendiri, tanpa ditemani. Saya tahu ia cemas dan hampir setiap hari bertanya hal yang sama. Aku harus bayar di mana tiketnya, Ma? Aku harus tulis namaku ga? Aku ga bisa tanda tangan lho Ma. Nanti sesudah dapat nomor kursi, aku nunggu di mana? Aku harus bilang apa sama Tante pramugari itu kalau ditanyain mamanya mana? Gimana caranya ambil barangku yang di bagasi pesawat? Trus nanti  kalau aku ga bisa buka penutup makanan yang dibagikan di pesawat,  gimana?  Bla bla bla…segudang pertanyaan yang harus saya jawab dengan sabar agar ia tidak gamang.  Satu malam sebelum hari keberangkatannya, ia gelisah dan tidak bisa tidur. Pada hari H, ia bolak balik ke toilet di ruang tunggu bandara hingga saatnya dijemput  staf airline untuk naik pesawat. Dengan dikalungi kertas bertuliskan Unaccompanied Minor, jagoan saya akhirnya berangkat dan berhasil mengatasi rasa cemasnya terbang sendiri. Untuk keberangkatan kedua, ketiga dan seterusnya, ia pe de sekali dan sangat bangga karena berani berangkat sendiri.

Jenis-jenis Kecemasan Pada Anak

10-20% anak usia sekolah mengalami kecemasan. Angka itu meningkat terus dengan makin banyaknya tekanan dan tuntutan terhadap anak-anak masa kini. Saat musim ujian, maju presentasi di depan kelas, mengisi acara di sekolah, atau pindah sekolah, akan memicu kecemasan pada anak. Akan timbul banyak kekhawatiran dalam pikirannya:

          Gimana kalau aku lupa teksnya di panggung?

          Gimana kalau aku ga keburu menyelesaikan kelimapuluh soal ujian itu?

          Gimana kalau aku belum hafal perkalian?

          Gimana kalau aku jatuh dari sepeda dan semua orang menertawakanku?

          Gimana kalau teman-teman di sekolah baru itu tidak mau berteman dengan aku?

          Gimana kalau mama tidak datang menjemputku?

          Gimana kalau anjing itu menggigitku?

          Gimana kalau papa mama meninggal?

Kecemasan pada anak kurang lebih sama dengan yang dialami oleh orang dewasa, namun ada beberapa tipe kecemasan yang lebih sering kita temui pada anak:

Separation Anxiety Disorder

Anak usia delapan belas bulan hingga usia pra sekolah biasanya akan menangis dan ketakutan bila ditinggalkan sendiri atau berada di lingkungan yang asing. Jika ketakutan  itu terus muncul hingga usia 7 – 9 tahun, baru dikategorikan dalam gangguan kecemasan berpisah (separation anxiety disorder). Gejalanya termasuk tidak mau ke sekolah, enggan ikut acara outing sekolah, tidak mau diajak menginap di rumah orang lain jika tidak ditemani oleh yang biasa momong, enggan bepergian sendiri.

Post-traumatic Stress Disorder (PTSD)

Anak yang pernah mengalami trauma, akan sering merasa cemas dan takut, menjadikannya mudah marah, mudah mengamuk, diam seribu bahasa atau selalu menghindari tempat  atau orang yang dapat mengingatkannya pada trauma tersebut. Contohnya anak yang pernah melihat ibunya dipukul oleh ayah,  kakaknya dipukul dengan bertubi-tubi, kecelakaan lalu lintas, melihat anjingnya kesakitan karena tertabrak kendaraan, dan lain sebagainya.

Social Anxiety Disorder

Gangguan kecemasan sosial disebut juga dengan istilah fobia sosial. Gejalanya adalah takut maju ke depan kelas untuk presentasi, menyanyi atau dites lisan, atau cemas bagaimana harus memulai pembicaraan dengan teman baru dan grogi berada di lingkungan baru.

Selective Mutism

Kadang-kadang anak mendadak menjalankan aksi diam, membisu, jika dihadapkan pada suatu situasi. Kondisi ini disebut selective mutism. Wajahnya terlihat tanpa ekspresi, menghindari kontak mata, memainkan ujung rambutnya, memalingkah wajah, cenderung  menyendiri untuk menghindari percakapan.

Pada tempat atau situasi lain yang dirasakan nyaman baginya,  anak akan ceria seperti biasanya. Asik bercerita, tertawa dan aktif bergerak. Orang tua pasti bingung ketika dilaporkan guru soal anaknya yang selalu diam, tidak mau menjawab pertanyaan apapun di kelas. Gangguan kecemasan jenis ini biasa ditemui pada anak usia 4 – 8 tahun.

Sebulan yang lalu saya dipanggil menghadap guru Bahasa Inggris putera bungsu saya. Kasusnya karena ia tidak mengerjakan ulangan mingguan, tidak mau maju ke depan kelas untuk tes lisan, tidak mau menjawab apapun ketika ditanya guru. Padahal  pelajaran Bahasa Inggris adalah favoritnya dan biasanya aktif tunjuk tangan dan selalu menjadi yang pertama untuk maju ke depan kelas. Menjadi pe er buat saya waktu itu untuk menggali apa yang menjadi latar belakang sikap ’mogoknya’.

Specific Phobias

Anak memiliki fobia yang spesifik seperti  takut meloncat dari tempat yang tinggi, takut masuk air, takut petir, takut melihat darah, takut kegelapan, takut dikejar anjing, takut duduk di pasir dan banyak lagi.

Tips Mengatasi Kecemasan Pada Anak

1.    Dorong anak untuk menghadapi kecemasan/ketakutannya.

Ajak anak untuk menuliskan di kertas apa yang dia cemaskan saat itu dan berikan penjelasan logis jika poin-poin kecemasannya tidak rasional. Kemudian ajak anak untuk ‘menantang’ hal-hal yang membuatnya cemas dan melihat apakah betul apa yang dicemaskan itu sejelek yang ia pikirkan?

 2.    Katakan pada anak bahwa sekali-kali mendapat nilai jelek adalah hal yang biasa.

Anak sering merasa terbebani karena harus mendapat  nilai sempurna dan menonjol di lingkungannya. Takut dimarahi orang tuanya jika hasil ulangan kali ini tidak mencapai nilai minimal kelulusan (KKM) dan harus remedial.

 3.    Ajak anak untuk ikut kegiatan yang menyenangkan seperti naik sepeda, main bola di taman, ikut kelas memasak, melukis dan lainnya. Kegiatan yang menyenangkan  akan membantu anak menjadi rileks dan lepas sejenak dari rutinitasnya.

 4.    Berikan reward  setiap kali anak berhasil mengatasi kecemasan/rasa takutnya. Dipuji, dipeluk atau diberi hadiah kecil akan membuatnya senang dan merasa bangga karena ternyata ia berani. Putera saya sangat bangga setiap kali ada yang memuji betapa beraninya ia naik pesawat sendiri, tanpa ditemani mama atau papanya.

5.    Tentukan jadwal tidur yang teratur. Tidur pada waktu yang sudah ditetapkan setiap harinya dan ciptakan ritual sebelum tidur. Saya membiasakan anak-anak  untuk membaca buku sebelum tidur dan harus tidur sebelum jam sepuluh malam pada hari-hari sekolah. Anak akan terkondisi pada jadwal yang teratur dan tidak sulit untuk tidur jika sudah terbiasa. Jadwal yang teratur akan membuatnya rileks dan mengurangi kecemasannya.

6.    Pretend Play  (Bermain Simbolis)

Untuk mengurangi kecemasan seperti takut ke dokter atau ke rumah sakit untuk periksa kesehatan, anak bisa diajak bermain simbolis sebelumnya. Misalnya bermain dokter-dokteran, anda seolah-olah menjadi dokter giginya, anak menjadi pasien. Perkenalkan cara-cara dan langkah yang biasa dilakukan dokter gigi pada waktu memeriksa pasien. Bisa juga diawali dengan membeli buku atau mengajak anak nonton dvd tentang suasana di ruangan dokter ketika dilakukan pemeriksaan. Setidaknya anak sudah punya bayangan bagaimana dan apa yang akan dilakukan dokter terhadapnya. Beberapa penelitian membuktikan efektivitas dari bermain simbolis ini dalam mengurangi kecemasan anak.

cb0b93d8be0a79fcd50c257b27519572

 Saat pertama kali mengajak putera saya untuk cabut geraham susunya ke dokter gigi, saya menyiapkan mentalnya dengan berbagai cerita teman sebayanya yang tidak takut cabut gigi. Dokter akan mengoleskan obat anti sakit dulu, jadi waktu dicabut akan berasa sakit sedikit saja, bla bla bla. Setahun sebelumnya, ia pernah bermain peran menjadi dokter gigi di Kidzania dan menggunakan alat-alat yang mirip dengan aslinya. Ternyata pengalaman bermain  peran saat itu sangat membantu mengatasi rasa takutnya saat ia benar-benar harus duduk jadi pasien.

 7.    Katakan pada anak untuk selalu terbuka dan berbagi rasa takut atau cemasnya agar orang tua dapat membantu mengatasi rasa cemas itu.

 8.    Tunjukkan sikap tenang. Anak cenderung untuk meniru sikap orang tua dalam menghadapi ketakutan atau kecemasannya. Perlihatkan bahwa anda tidak panik dan gelisah meskipun ada masalah.

 9.    Latih anak untuk relaksasi. Tarik nafas panjang, hembuskan. Lakukan beberapa kali hingga terasa nyaman dan tenang. Anak bisa dilatih untuk relaksasi visual seperti: Pejamkan matamu, Nak. Bayangkan sedang berada di tempat bermain, taman yang luas atau pantai yang indah. Dengarkan suara debur ombak. Sesuaikan dengan apa kesenangan si anak. Relaksasi visual dapat meredakan ketegangan.

 10.Ajarkan juga doa pendek yang dapat ia ucapkan setiap kali timbul rasa cemas/takut.

 11.Anak perlu diyakinkan bahwa apa yang ia cemaskan itu tidak sejelek yang ia pikirkan. Biasanya mereka akan berulang kali menanyakan hal yang sama sampai mereka yakin dan berani, seperti:

          Mama pasti datang jemput  aku kan? (beritahukan juga alternatif bagaimana harus bersikap seandainya anda telat atau karena sesuatu hal tidak dapat menjemputnya)

          Petir itu tidak akan datang lagi?

          Apakah teman-teman baru itu mau berteman dengan aku?

          Mama ga marah kalau nanti nilaiku cuma 70?

Ada anak yang menggunakan teknik menghindar (avoidance) dari sumber rasa cemas/takutnya. Sikap menghindar  kadang-kadang membantu anak untuk mengatasi rasa cemasnya. Misalnya, takut melihat anjing yang beringas, anak akan berusaha menghindari anjing itu. Tidak berada di dekat anjing atau objek yang membuatnya takut. Takut tidak dapat mengerjakan ulangan, ia akan pura-pura sakit perut dan tidak mau ke sekolah. Takut suara petir, ia akan pura-pura tidur sambil menutup telinga dengan bantal. Akan tetapi jika anak selalu menggunakan teknik menghindar, anak tidak akan terlatih untuk mengontrol emosinya sendiri.  Tujuan utama dari pembahasan soal kecemasan pada anak adalah bagaimana kita membantu anak untuk mengelola emosinya, mengelola rasa cemas atau rasa takutnya.

261eee2f44905a952ca2d90764af3ccd

 

Leave a comment